18 Oktober 2013

hujan dan cappuccino

aku menatap rintik hujan diluar jendela. tetes demi tetes yg diturunkannya memberi irama tersendiri yg di dengar oleh telingaku. sungguh Tuhan itu maha besar, dia bisa menciptakan keindahan alam ini yg tak bisa terungkapkan oleh kata-kata. aku masih menatap rintik tersebut. sesekali aku menyeruput capuccino hangat yg ada di hadapanku. inilah yg sering aku lakukan ketika hujan turun, menikmati desiran hujan dan mengenang kebersamaan yg aku lewati bersamanya. di tempat ini, suasana seperti ini, dan hawanya pun persis seperti ini. ah, haruskah aku bernostalgia sendirian lagi? tapi aku tak bisa membantah, aku memang tak bisa melupakannya. melupakan sosoknya yg bodoh bin aneh, menurutku. mungkin tak semua orang melihat kebodohannya itu, tapi aku melihat semuanya. bahkan yg tak kasatmata sekalipun.

dulu, ketika hujan turun aku menikmati bersamanya. berbagi cerita suka dan duka tentang kehidupan. berbagi tentang pengalaman yg dilalui dalam hidup. berbagi tentang ketololan kami berdua. kami bercengkrama tidak pernah ada habisnya, seakan kosakata yg ada di dunia ini tak pernah ada habisnya keluar dari mulut kami. haruskah aku bernostalgia lagi? ini bisa membuatku gila!

aku pernah ingat kata-katanya dulu, "kenapa kamu suka menikmati hujan sambil menikmati capuccino hangat?" aku tersenyum mendengar pertanyaannya. memang tak ada yg aneh dengan yg namanya hujan dan capuccino, tapi jarang sekali orang berbuat seperti ini. aku menjawab, "karna aku kedinginan." dia menatapku heran. "kalau kamu kedinginan kenapa tidak menghidupkan api unggun saja?" aku tersenyum lagi. "jika aku menghangatkan diri di depan api unggun, otomatis aku akan berada di dalam rumah. aku akan kehilangan moment seperti ini. melihat rintik hujan yg berbondong-bondong turun ke bumi serta mendengar iramanya yg merdu. jika aku kehilangan salah satunya aku tak akan pernah puas. bukankah segala sesuatu tidak boleh dilalui setengah-setengah? kalau seperti itu, yg ada kita tidak akan tau keindahan apa yg ada di balik sesuatu itu." aku tersenyum. dia pun membalas senyumanku. kami terdiam. tak sengaja aku mengarahkan pandangan kepadanya, dan dia pun sebaliknya. seketika itu jantungku langsung berdetak cepat, bahkan lebih cepat dari yg biasanya. aku memalingkan muka, tak tahan dengan kecanggungan yg tercipta. kami terdiam lagi beberapa saat, hingga akhirnya aku memulai pembicaraan lagi, "hujan itu punya hawa dingin. dan capuccino ini yg bisa mendekapku dalam kehangatannya."

aku tak pernah bisa melupakan setiap detail kejadian yg aku ciptakan bersamanya. oh Tuhan, haruskah sesakit ini? kini, aku hanya bisa menikmati moment seperti ini sendirian, tanpa ada dirinya lagi. tapi, aku merasa aku tak benar-benar sendiri. aku tau, bayangnya pasti ada di sampingku. haruskah keadaan menjadi seperti ini? haruskah dia pergi meninggalkanku tanpa alasan seperti ini? kembalilah, aku ingin menikmati moment seperti ini bersamamu lagi :')

secarik kertas usang untukmu-

"hai :) maaf bukan bermaksud lancang tapi aku cuma ingin menyapamu lewat tulisan yg (tidak) berbobot menurutmu. aku cuma ingin menceritakan hal yg aku rasakan dan berbagi 'sesaknya' bersamamu. bukan bermaksud untuk membuatmu merasakannya bersamaku, tapi aku hanya ingin berbagi. tidak memaksakan kamu untuk ikut merasakannya juga. aku sudah cukup tegar untuk menahan ini semua sendirian, ya sendiri :') bagaimana kabarmu? aku berharap kamu selalu diberi kebaikan oleh Yang Maha Kuasa. hey, kamu tau aku merindukanmu? pastinya kamu tau tapi berusaha untuk tak memperdulikannya :') aku sudah terbiasa (lagi) dengan semua itu. di saat rindu itu membisikan ke hati ku, aku berdoa kepada Tuhan. disana aku merasakan keajaiban doa, aku merasakan dekapan hangat yg memeluk ku. entah Tuhan mengirimkan sosok bayangmu kepadaku atau memang Tuhan yg memeluk ku karna tidak ingin melihatku bersedih hati sendirian. hey, dua bulan yang lalu aku tidak sengaja mendengar kisahmu yg terlewatkan dengan seseorang. kapan kejadian itu? tapi sudahlah itu juga tak terlalu penting. tapi setelah mendengar kabar tersebut, entah kenapa hatiku merasakan sakit. dan jika boleh aku menebak, kamu masih mencintainya? benarkah? kalau begitu aku rela melepasmu. iya, aku rela :') sekian secarik kertas ini aku nodai dengan tulisan ku yg (tidak) berbobot untukmu. maaf jika tulisan ini terlalu cengeng. maaf jika ini menganggumu. maaf jika ini membuat kamu jijik. tapi aku cuma ingin bercerita tentang apa yg aku rasakan. cuma lewat ini aku bisa bercerita denganmu. cuma dengan ini kamu bisa memperhatikan setiap untaian katanya. cuma dengan ini kamu merasakan bagaimana keadaan hati ku sekarang. ya, cuma dengan ini. karna jika aku bercerita di dunia nyata, apakah kamu mau mendengarkan? :')"

21 Maret 2013

memandangi masa lalu...

"kamu disini?" tanya ku heran ketika mendapati sosoknya tengah duduk di bangku taman yang biasa aku datangi. mendengar suara ku dia langsung bangkit dari bangku taman tersebut. wajahnya agak memerah ketika itu. mungkin jika pria ini keturunan bule sekarang wajahnya pasti seperti "kepiting rebus" saking merahnya. tapi untung saja pria satu ini berkulit coklat.
aku sadar aku telah mengagetkannya, tapi sendiri juga terkaget ketika melihat sosoknya disini. biasanya jika aku kesini dia tak pernah ada. sosoknya tak pernah hadir. bahkan di saat aku menantikan kehadirannya dia tak kunjung tiba. tapi sekarang tiba-tiba dia ada di hadapanku-seorang diri-termenung duduk di bangku taman yang biasa kami datangi-dulu.
"aku...aku sedang beristirahat," jawab pria itu tergagap.
aku tersenyum mendengar jawabannya. "aku tau kamu berbohong." aku kembali tersenyum-iblis.
dia tertunduk. terdiam. tak mampu lagi berkata apa-apa. suasana ketika itu hening. hanya desiran angin yang terdengar di antara pertemuan kami berdua.
"kamu kenapa kesini?" tanya ku lagi.
"aku rindu tempat ini. sudah lama aku ingin ke tempat ini, tapi aku tidak pernah punya waktu," jawabnya jujur.
"terlalu sibuk sama pacar!" ucap ku sinis.
dia langsung menyanggah, "aku tidak pernah punya pacar! kamu tau, semenjak kita jalan masing-masing aku masih sendiri. entahlah rasanya aku tidak mau melirik wanita lain selain kamu."
"gombal!"
"ini bukan gombalan!"
aku terus beradu argumen dengannya. sampai akhirnya dia mengalah dan mengalihkan pembicaraan, "kamu kenapa kesini?"
"aku setiap hari kesini," jawab ku ringan. dia menunjukan wajah tidak percaya. "walau sesibuk apapun aku tetap menyempatkan untuk kesini," ujar ku (sedikit) menyindir perkataannya tadi.
"tujuan kamu kesini apa?"
"disini aku bisa lihat pemandangan masa lalu kita. karena aku tau masa lalu kita itu tak akan pernah lagi bisa terulang. makanya aku melihat rekaman itu lagi." perlahan air mata ku turun membasahi pipi. sukses air mata ini mempermalukan aku di depan dia. tapi apa daya aku tak sanggup menahan air mata itu supaya tidak jatuh. dan aku sudah tak bisa menahan semuanya lagi. aku benar-benar ingin semua yang ada di hati ini terungkap semua; aku masih mencintainya!
melihat aku menangis, perlahan dia menunjukan wajah kesedihan. "maaf dulu aku mengakhiri ini semua secara sepihak. aku ingin tanya satu hal lagi, kenapa kamu suka memandangi masa lalu itu?"
"karena masa lalu kita indah. indah! melihat kebahagiaan kita dulu, kemesraan, kesedihan, semuanya buat aku rindu. jujur, aku ingin masa lalu itu terulang lagi walaupun hanya sekali. tapi...rasanya mustahil." aku tersenyum kecut.
"kamu ingin mengulangnya? aku juga!" dia tersenyum manis kepadaku. dia mulai mengenggam jemari ku. aku merasakan sentuhan hangat tangan itu lagi :')

17 Maret 2013

teman?

"kamu kenapa?" tanya pria itu sambil memegani pipiku. tangannya terasa dingin, menandakan dia khawatir dengan keadaanku.
"aku tidak apa-apa," jawabku seraya tersenyum.
"bohong!" pria itu mulai menunjukan kekesalannya karena aku tak kunjung jujur kepada dirinya. ya, memang itu kebiasaannya. akan selalu marah jika aku ketahuan berbohong.
aku sedikit heran dengan dia. dia begitu khawatir melihatku, padahal kami tidak ada hubungan yang spesial. hanya sebatas teman. ya, teman biasa.
"kamu kenapa?" tanyanya lagi. kali ini dia tidak menunjukan ekspresi kekesalan, tapi wajah pasrah yang berharap aku akan jujur kepadanya.
aku tersenyum, memegang tangannya lembut, "kamu kenapa begitu khawatir?"
pria itu terdiam, lama. sepertinya dia sedang mencari kosakata di dalam otaknya. setelah menemukannya dia berkata, "karena kamu temanku."
ada sedikit perasaan kecewa di dalam hatiku ketika mengetahui jawaban itu. tapi aku mencoba tersenyum kembali dan bertanya lagi untuk memastikan. "teman?"
"iya, teman."
"kalau hanya teman kenapa begitu kamu mengkhawatirkan aku?"
"karena aku orang yang peduli. sudah, jangan mengalihkan pembicaraan. sekarang jawab jujur, apa kamu yang terluka?" dia melihat sekeliling tubuhku untuk melihat luka yang ditanya tadi.
aku menarik napas dalam lalu menggerakkan tanganku ke dada. dia sedikit heran, tidak mengerti dengan maksud perkataanku. aku mulai menjelaskan, "hati ku yang terluka"
"kenapa bisa?" tanyanya heran.
aku tersenyum. "ternyata kamu memang tidak peka, ya. aku terluka karena kamu. karena kamu telah menemukan pendamping hidupmu. mungkin ini saatnya untuk kamu ketahui. aku mencintaimu-dari dulu. aku sudah menunjukan berbagai macam cara, tapi kamu tidak pernah peka. mungkin kamu memang diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang tidak peka."
pria itu terdiam, lalu tertunduk. dengan pelan dia hanya bisa berkata, "maaf."

15 Maret 2013

cinta dalam diam

aku memperhatikanmu dalam diam. aku menyayangimu dalam diam. aku mencintaimu dalam diam. ya, semua ini aku lakukan dalam diam.

aku menutup rapat tentang perasaan ini terhadapmu. aku takut mengacaukan keadaan yang berjalan sekarang ini. aku takut kamu akan menjauh. untuk sekarang saja kamu sudah menjaga jarak dariku. aku tidak tau alasannya, tapi aku merasakan jarak ini. tapi satu hal yang tidak pernah aku tau, berapa jarak yang kamu buat terhadapku? aku ingin tau, supaya aku bisa menghapus jarak tersebut sedikit demi sedikit.

untuk sekarang aku hanya bisa menatapmu secara diam-diam. aku melirikmu secara sembunyi, dan ketika retina mataku menangkap sosokmu jantung ku langsung berdetak lebih cepat. aku tidak tau hubungan antara mata dengan jantung. tapi ketika itu, memang mereka yang berperan secara aktif di dalam tubuhku. aku suka memperhatikan setiap gerak-gerikmu, semua kegiatanmu, semua kelakuanmu. aku tidak tau motifnya apa, tapi yang aku tau aku senang melakukan kegiatan itu secara sembunyi-sembunyi. aku merasa ada magnet tersendiri pada dirimu terhadap mataku. seolah dirimu magnet berkutub S dan mataku berkutub U, dan ketika kedua utub itu dihadapkan mereka akan saling tarik-menarik.

aku ingin kamu tersadar oleh perasaan ini. aku ingin kamu lebih peka terhadap perasaan yang aku rasakan saat ini. tapi sayang kamu tidak cukup peka dengan perasaan ini. sampai saat ini kamu masih membiarkan perasaan ini berlari sendirian, tanpa pernah mau kamu untuk mengejarnya.

aku tau ini emansipasi-yang mana tidak harus lelaki dulu yang memulai. tapi aku tidak punya banyak nyali untuk memberitahukan semua yang ada di hati ini. aku terlalu takut dengan keadaan. aku tidak pernah berani dengan semua resiko. mungkin, aku tetap bertahan dengan diam seperti ini. untuk saat ini aku akan tetap bungkam dengan perasaan ini dan tetap melakukan kegiatan rutin ku setiap hari. suatu saat-aku yakin-kamu sendiri yang akan membongkar perasaan yang ada di hatiku ini.