aku menatap rintik hujan diluar jendela. tetes demi tetes yg diturunkannya memberi irama tersendiri yg di dengar oleh telingaku. sungguh Tuhan itu maha besar, dia bisa menciptakan keindahan alam ini yg tak bisa terungkapkan oleh kata-kata. aku masih menatap rintik tersebut. sesekali aku menyeruput capuccino hangat yg ada di hadapanku. inilah yg sering aku lakukan ketika hujan turun, menikmati desiran hujan dan mengenang kebersamaan yg aku lewati bersamanya. di tempat ini, suasana seperti ini, dan hawanya pun persis seperti ini. ah, haruskah aku bernostalgia sendirian lagi? tapi aku tak bisa membantah, aku memang tak bisa melupakannya. melupakan sosoknya yg bodoh bin aneh, menurutku. mungkin tak semua orang melihat kebodohannya itu, tapi aku melihat semuanya. bahkan yg tak kasatmata sekalipun.
dulu, ketika hujan turun aku menikmati bersamanya. berbagi cerita suka dan duka tentang kehidupan. berbagi tentang pengalaman yg dilalui dalam hidup. berbagi tentang ketololan kami berdua. kami bercengkrama tidak pernah ada habisnya, seakan kosakata yg ada di dunia ini tak pernah ada habisnya keluar dari mulut kami. haruskah aku bernostalgia lagi? ini bisa membuatku gila!
aku pernah ingat kata-katanya dulu, "kenapa kamu suka menikmati hujan sambil menikmati capuccino hangat?" aku tersenyum mendengar pertanyaannya. memang tak ada yg aneh dengan yg namanya hujan dan capuccino, tapi jarang sekali orang berbuat seperti ini. aku menjawab, "karna aku kedinginan." dia menatapku heran. "kalau kamu kedinginan kenapa tidak menghidupkan api unggun saja?" aku tersenyum lagi. "jika aku menghangatkan diri di depan api unggun, otomatis aku akan berada di dalam rumah. aku akan kehilangan moment seperti ini. melihat rintik hujan yg berbondong-bondong turun ke bumi serta mendengar iramanya yg merdu. jika aku kehilangan salah satunya aku tak akan pernah puas. bukankah segala sesuatu tidak boleh dilalui setengah-setengah? kalau seperti itu, yg ada kita tidak akan tau keindahan apa yg ada di balik sesuatu itu." aku tersenyum. dia pun membalas senyumanku. kami terdiam. tak sengaja aku mengarahkan pandangan kepadanya, dan dia pun sebaliknya. seketika itu jantungku langsung berdetak cepat, bahkan lebih cepat dari yg biasanya. aku memalingkan muka, tak tahan dengan kecanggungan yg tercipta. kami terdiam lagi beberapa saat, hingga akhirnya aku memulai pembicaraan lagi, "hujan itu punya hawa dingin. dan capuccino ini yg bisa mendekapku dalam kehangatannya."
aku tak pernah bisa melupakan setiap detail kejadian yg aku ciptakan bersamanya. oh Tuhan, haruskah sesakit ini? kini, aku hanya bisa menikmati moment seperti ini sendirian, tanpa ada dirinya lagi. tapi, aku merasa aku tak benar-benar sendiri. aku tau, bayangnya pasti ada di sampingku. haruskah keadaan menjadi seperti ini? haruskah dia pergi meninggalkanku tanpa alasan seperti ini? kembalilah, aku ingin menikmati moment seperti ini bersamamu lagi :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar